Selasa, 09 Juni 2015

KONSEP ILMU PENGETAHUAN, SIFAT, DAN KOMPONEN DASARNYA

KONSEP ILMU PENGETAHUAN, SIFAT, DAN KOMPONEN DASARNYA

A.      PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan (science) mempunyai pengertian yang berbeda dengan pengetahuan (knowledge atau dapat juga disebut common sense ). Orang awam tidak memahami atau tidak menyadari bahwa ilmu pengetahuan itu berbedadengan pengetahuan. Bahkan mugkin mereka menyamakan dua pengertian tersebut. Tentang perbedaan antara ilmu pengetahuan dan pengetahuan akan dicoba dibahas disini.
Mempelajari apa itu ilmu pengetahuan itu berarti mempelajari atau membahas esensi atau hakekat ilmu pengetahuan. Demikian pula membahas pengetahuan itu juga berarti membahas hakekat pengetahuan. Untuk itu kita perlu memahami serba sedikit Filsafat Ilmu Pengetahuan. Dengan mempelajari Filsafat Ilmu Pengetahuan di sampingakan diketahui hakekat ilmu pengetahuan dan hakekat pengetahuan, kita tidak akan terbenam dalam suatu ilmu yangspesifik sehingga makin menyempit dan eksklusif. Dengan mempelajari filsafat ilmu pengetahuan akan membuka perspektif (wawasan) yang luas, sehingga kita dapat menghargai ilmu-ilmu lain, dapat berkomunikasi dengan ilmu-ilmulain. Dengan demikian kita dapat mengembangkan ilmu pengetahuan secara interdisipliner.
Perintisan Ilmu pengetahuan‖ dianggap dimulai pada abad 4 sebelum Masehi, karena peninggalan- peninggalan yang menggambarkan ilmu pengetahuan diketemukan mulai abad 4 sebelum Masehi. Abad 4 sebelum Masehi merupakan abad terjadinya pergeseran dari persepsi mitos ke persepsi logos, dari dongeng-dongeng ke analisisrasional. Contoh persepsi mitos adalah pandangan yang beranggapan bahwa kejadian-kejadian misalnya adanya penyakit atau gempa bumi disebabkan perbuatan dewa-dewa. Jadi pandangan tersebut tidak bersifat rasional, sebaliknya persepsi logos adalah pandangan yang bersifat rasional. Dalam persepsi mitos, dunia atau kosmos dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan magis, mistis. Atau dengan kata lain, dunia dijelaskan oleh faktor-faktor luar (eksternal). Sedangdalam persepsi rasional, dunia dianalisis dari faktor-faktor dalam (internal). Atau dengan kata lain, dunia dianalisisdengan argumentasi yang dapat diterima secara rasional atau akal sehat. Analisis rasional ini merupakan perintisananalisis secara ilmiah, tetapi belum dapat dikatakan ilmiah.
Pada periode ini tokoh yang terkenal adalah Aristoteles. Persepsi Aristoteles tentang dunia adalah sebagai berikut: dunia adalah ontologis atau ada (eksis). Sebelum Aristoteles dunia dipersepsikan tidak eksis, dunia hanyamenumpang keberadaan dewa-dewa. Dunia bukan dunia riil, yang riil adalah dunia ide. Menurut Aristoteles, duniamerupakan substansi, dan ada hirarki substansi-substansi. Substansi adalah sesuatu yang mandiri, dengan demikian dunia itu mandiri.
Pandangan Aristoteles yang dapat dikatakan sebagai awal dari perintisan ilmu pengetahuan‖ adalah hal-halsebagai berikut: 1) Hal Pengenalan, yang meliputi pengenalan inderawi; yang memberi pengetahuan tentang hal-hal  yang kongkrit dari suatu benda. Dan pengenalan rasional, yang dapat mencapai hakekat sesuatu melalui jalan abstraksi; .2) Hal Metode, menurut Aristoteles, ilmu pengetahuan adalah pengetahuan tentang  prinsip-prinsip atau hukum-hukum bukan objek-objek eksternal atau fakta. Penggunaan prinsip atau hukum berarti berargumentasi (reasoning). Menurut Ari stoteles, mengembangkan ilmu pengetahuan‖ berarti mengembangkan prinsip-prinsip, mengembangkan ilmu pengetahuan‖ (teori) tidak terletak pada akumulasi data tetapi peningkatan kualitas teori dan metode.
Sebelum kita memahami ilmu pengetahuan lebih luas, maka dalam makalah ini lebih difokuskan pada pembahasan konsep-konsep dasar ilmu pengetahuan yang meliputi pengertian, hakekat, sifat ilmu pengetahuan danstruktur fundamental ilmu pengetahuan.

B.       PEMBAHASAN
Secara umum, filsafat ilmu pengetahuan adalah sebuah upaya untuk memahami makna, metode, struktur logisdari ilmu pengetahuan, termasuk juga di dalamnya kriteria-kriteria ilmu pengetahuan, hukum-hukum, dan teori-teori didalam ilmu pengetahuan. Supaya lebih fokus, perlu dipertegas beberapa poin tentang filsafat ilmu pengetahuan.
Ada berbagai konsep yang digunakan secara khusus oleh seorang ilmuwan, tetapi tidak dianalisis oleh ilmuwantersebut. Misalnya, ilmuwan seringkali menggunakan konsep-konsep seperti kausalitas, hukum, teori, dan metode.[1]
Ada berbagai macam definisi atau pengertian dari ilmu, yaitu: Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari alima ya‘lamu yang berarti tahu atau mengetahui, sementara itu secara istilah ilmu diartikan sebagai Idroku syai bi haqiqotih(mengetahui sesuatu secara hakiki). Dalam bahasa Inggeris Ilmu biasanya dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan dengan knowledge. Dalam bahasaIndonesia kata science(berasal dari bahasa lati dari kata Scio, Scire yang berarti tahu) umumnya diartikan Ilmu tapisering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu pada makna yang sama.[2]
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki dua pengertian[3]:
1.         Ilmu Pengetahuan diartikan sebagai suatu pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurutmetode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerapkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan)tersebut, seperti ilmu hukum, ilmu pendidikan, ilmu ekonomi dan sebagainya.
2.         Ilmu pengetahuan diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian, tentang soal duniawi, akhirat, lahir, batin, dansebagainya, seperti ilmu akhirat, ilmu akhlak, ilmu batin, ilmu sihir, dan sebagainya.

Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang disusunsecara sistematis, dengan menggunakan metode-metode tertentu.
Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.[4]
Setiap aktivitas ilmiah tentu bertolak dari konsep, karena konsep merupakan sebuah struktur pemikiran.Sontag[5] menyatakan bahwa setiap pembentukan konsep selalu terkait dengan empat komponen, yaitu, kenyataan (reality), teori (teori), kata-kata (words), dan pemikiran (thought). Kenyataan hanya akan merupakan sebuah misterimanakala tidak diungkapkan ke dalam bahasa. Teori merupakan tingkat pengertian tentang sesuatu yang sudah teruji,sehingga dapat dipakai sebagai titik tolak bagi pemahaman hal lain. Kata-kata merupakan cerminan ide-ide yang sudahdiverbalisasikan. Pemikiran merupakan produk akal manusia yang diekspresikan ke dalam bahasa. Kesemuanya ituakan membentuk pengertian pada diri manusia, pengertian ini dinamakan konsep.
Daoed Joesoef menunjukkan bahwa pengertian ilmu mengacu pada tiga hal, yaitu: produk-produk, proses, masyarakat. Ilmu pengetahuan sebagai Produk yaitu pengetahuan yang telah diketahui dan diakui kebanarannya olehmasyarakat ilmuwan. Pengetahuan ilmiah dalam hal ini terbatas pada kenyataan-kenyataan yang mengandungkemungkinan untuk disepakati dan terbuka untuk diteliti, diuji, dan dibantah oleh seseorang.
Ilmu pengetahuan sebagai Proses artinya kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan demi penemuan dan pemahaman dunia alami sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang kita kehendaki. Metode ilmiah yang khasdipakai dalam proses ini adalah analisis rasional, objektif, sejauh mungkin impersonal dari masalah-masalah yang didasarkan pada percobaan dan data yang dapat diamati. Bagi Thomas Khun normal science‖ adalah ilmu pengetahuan dalam artian proses.
Ilmu pengetahuan sebagai Masyarakat artinya dunia pergaulan yang tindak-tanduknya, perilaku dan sikap sertatutur katanya diatur oleh empat ketentuan (imperative) yaitu universalisme, komunalisme, tanpa pamrih (disinterstedness), dan skeptisisme yang teratur.[6]


C.      DAFTAR PUSTAKA
1.         Reza A. A Wattimena, Filsafat dan Science Sebuah Pengantar, Grasindo: Jakarta, 2008. hlm. 105.
2.  Jujun S, Suriasumantri. Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,1998), hal 39.
3.         Dep.Dik.Bud. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. hlm. 231. Baca juga: Burhanuddin Salam, Logika Materiil Filsafat IlmuPengetahuan, Renika Cipta, Jakarta hlm. 104.
4.      K. Bertens. Susunan Ilmu Pengetahuan Sebuah Pengantar Filsafat Ilmu, Gramedia, Jakarta, 1989 H. 16.
5.         Sontag, Element og Philosophy, Charles Schibner’s Son, new York, 1987. hlm. 141.

6.  Daoed Joesoef, “Pancasila Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan”, dalam Pancasila sebagai orientasi Pengembangan lmu, PT Badan PenerbitKedaulatan Rakyat: Yogyakarta, 1987, hlm. 25-26.